Muqoddimah - Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh, kali ini admin akan memberikan sebuah cerita singkat mengenai Kalimat Terbaik Wallahu A’lam, langusng saja simak ceritanya dibawah ini.
Kalimat Terbaik Wallahu A’lam |
Ketika berkunjung ke Pondok Pesantren Putri Hidayatul Mubtadi-aat kemarin, Habib Syekh bin Abdul Qodir Assegaf memberikan kesempatan kepada para hadirin untuk berdialog. Ada dua pertanyaan yang mengemuka. Pertama, sebagai santri putri, adakah cara terbaik yang dapat dilakukan untuk menghadapi era modernitas seperti sekarang ini?
Bagi santri, ujar beliau, yang paling mungkin dan paling baik dilakukan adalah manut guru. Ikut apa yang dikatakan guru. “Karena guru tidak mungkin menyesatkan kita. Guru adalah pemandu kita kepada jalan yang diridlai Allah,” jelas beliau. Dengan zaman yang keruh semacam ini, bimbingan dari guru sangatlah diperlukan. Ketika tidak ada bimbingan yang diperoleh dari para sesepuh, baik sepuh secara intelektual maupun spiritual, peluang untuk tersesat lebih nyata.
Beruntung bagi para santri, mereka dari hari ke hari selalu mendapatkan tuntunan dari para guru. Apalagi, mereka sangat dekat dengan orang-orang mulia, seperti masyayikh dan dzuriyah pengasuh pondok pesantren. Karenanya, akan aneh bila ada santri yang ikut tersesat dan tidak tahu arah jalan.
Kedua, sang habib ditanya bagaimana membentengi diri dari isu radikalisme yang kian hari kian gencar. Utamanya, para santri yang sudah di rumah kini bingung dengan ramainya media sosial yang memberitakan fakta-fakta palsu, seakan-akan mengadu domba umat Islam.
“Ya, ga usah baca medsos,” canda Habib Syekh yang kali ini datang bersama anggota keluarganya itu. “Maksudnya,” lanjut beliau, “kita harus memilah-milah informasi. Kalau ada berita negatif, jangan ikut-ikutan. Pokoknya, jangan ikut-ikutan dengan isu-isu itu.” Banyak media sosial sekarang yang memberitakan macam-macam. Mulai berita negatif dari satu pihak, hingga berita yang sampai membuat umat Islam gerah karena terkesan menghadapkan satu tokoh Islam dengan tokoh Islam lain.
“Kalau sudah begitu, tidak usah susah-susah. ‘Kamu ikut siapa?’ ‘Kamu bela yai siapa?’ Kalian tidak usah ikut-ikutan seperti itu (polarisasi, mengotak-kotakkan umat, -red). Cukup bilang, ‘wallahu a’lam’. Sudah, selamat itu sampean.”
“Katakan saja ‘Itu guru saya. Yang lain juga guru saya. Semua guru saya.’ Lah terus siapa yang benar? Tinggal dijawab ‘Wallahu a’lam.'”][
EmoticonEmoticon