Wednesday, August 29, 2018

Kalimat Terbaik Wallahu A’lam

Muqoddimah - Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh, kali ini admin akan memberikan sebuah cerita singkat mengenai Kalimat Terbaik Wallahu A’lam, langusng saja simak ceritanya dibawah ini.

Kalimat Terbaik Wallahu A’lam - Muqoddimah
Kalimat Terbaik Wallahu A’lam

Ketika berkunjung ke Pondok Pesantren Putri Hidayatul Mubtadi-aat kemarin, Habib Syekh bin Abdul Qodir Assegaf memberikan kesempatan kepada para hadirin untuk berdialog. Ada dua pertanyaan yang mengemuka. Pertama, sebagai santri putri, adakah cara terbaik yang dapat dilakukan untuk menghadapi era modernitas seperti sekarang ini?

Bagi santri, ujar beliau, yang paling mungkin dan paling baik dilakukan adalah manut guru. Ikut apa yang dikatakan guru. “Karena guru tidak mungkin menyesatkan kita. Guru adalah pemandu kita kepada jalan yang diridlai Allah,” jelas beliau. Dengan zaman yang keruh semacam ini, bimbingan dari guru sangatlah diperlukan. Ketika tidak ada bimbingan yang diperoleh dari para sesepuh, baik sepuh secara intelektual maupun spiritual, peluang untuk tersesat lebih nyata.

Beruntung bagi para santri, mereka dari hari ke hari selalu mendapatkan tuntunan dari para guru. Apalagi, mereka sangat dekat dengan orang-orang mulia, seperti masyayikh dan dzuriyah pengasuh pondok pesantren. Karenanya, akan aneh bila ada santri yang ikut tersesat dan tidak tahu arah jalan.

Kedua, sang habib ditanya bagaimana membentengi diri dari isu radikalisme yang kian hari kian gencar. Utamanya, para santri yang sudah di rumah kini bingung dengan ramainya media sosial yang memberitakan fakta-fakta palsu, seakan-akan mengadu domba umat Islam.

“Ya, ga usah baca medsos,” canda Habib Syekh yang kali ini datang bersama anggota keluarganya itu. “Maksudnya,” lanjut beliau, “kita harus memilah-milah informasi. Kalau ada berita negatif, jangan ikut-ikutan. Pokoknya, jangan ikut-ikutan dengan isu-isu itu.” Banyak media sosial sekarang yang memberitakan macam-macam. Mulai berita negatif dari satu pihak, hingga berita yang sampai membuat umat Islam gerah karena terkesan menghadapkan satu tokoh Islam dengan tokoh Islam lain.

“Kalau sudah begitu, tidak usah susah-susah. ‘Kamu ikut siapa?’ ‘Kamu bela yai siapa?’ Kalian tidak usah ikut-ikutan seperti itu (polarisasi, mengotak-kotakkan umat, -red). Cukup bilang, ‘wallahu a’lam’. Sudah, selamat itu sampean.”

“Katakan saja ‘Itu guru saya. Yang lain juga guru saya. Semua guru saya.’ Lah terus siapa yang benar? Tinggal dijawab ‘Wallahu a’lam.'”][

Tertawa dalam Sholat

Muqoddimah - Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh, kali ini admin akan memberikan kisah seorang Wali Allah, langsung saja simak kisahnya dibawah ini.

Tertawa dalam Sholat - Muqoddimah
Tertawa dalam Sholat


Tertawa dalam Sholat


Ada kejadian menarik saat Kiai Kholil Bangkalan masih menjadi santri di Pesantren Langitan Tuban. Seperti biasanya Kholil muda selalu berjamaah, yang merupakan keharusan para santri. Suatu ketika di tengah shalat Isya tiba-tiba Kholil tertawa terbahak-bahak. Karuan saja, hal ini membuat santri lain marah. Demikian juga dengan Kiai Muhammad Noer yang menjadi imam saat itu. Seusai shalat berjamaah, Kholil dipanggil ke ndalem kiai untuk diinterogasi.

Dengan berkerut kening kiai bertanya, “Kholil, kenapa waktu shalat tadi kamu tertawa terbahak-bahak. Lupakah kamu bahwa hal itu mengganggu kekhusyukan shalat orang lain. Dan shalatmu tidak sah.” ucap Kiai Noer sambil menatap Kholil. “Maaf kiai, waktu shalat tadi saya tidak dapat menahan tawa. Saya melihat kiai sedang mengaduk-aduk nasi di bakul (tempat nasi). Karena itu saya tertawa. Salahkah yang saya lihat itu kiai?” jawab Kholil muda dengan tenang, mantap dan sangat sopan.

Kiai Noer terkejut, Kholil benar. Santri baru itu dapat membaca apa yang terlintas di benaknya. Kiai Noer duduk dengan tenang sambil menarik nafas. Sementara matanya menerawang lurus ke depan, lalu serta merta berbicara kepada Kholil. “Kau benar anakku. Saat mengimami shalat tadi perut saya memang sudah sangat lapar. Yang terbayang dalam fikiran saya memang hanya nasi.” ucap Kiai Noer secara jujur.

Maka sejak kejadian itu kelebihan Kholil menjadi buah bibir. Tidak saja di Pesantren Langitan, tetapi juga di sekitarnya.

* * * * *

Kiai Kholil muda tidak sedang meremehkan gurunya. Beliau sangat ta’dzim dengan semua gurunya. Beliau hanya perantara kehendak Allah. Di balik peristiwa itu ada suatu hikmah yang dalam. Allah bermaksud menyempurnakan iman sang guru.

*Dikutip dari buku biografi Kiai Kholil, Surat Kepada Anjing Hitam.

Khutbah Jumat Tiga Peringatan Dari Nabi

Muqoddimah - Assalamu'alaikum Warahmatulaahi Wabarakaatuh, kali ini admin akan membagikan seputar Khutbah Jumat terbaru tentang Tiga Peringatan Dari Nabi, langsung saja berikut Khutbahnya,

Khutbah Jumat Tiga Peringatan Dari Nabi - Muqoddimah
Khutbah Jumat Tiga Peringatan Dari Nabi


اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ وَ قَالَ سَيِّدُ الْمُرْسَلِيْنَ : مَنْ أَصْبَحَ وَهُوَ يَشْكُوْ ضِيْقَ الْمَعَاشِ فَكَأَنَّمَا يَشْكُو رَبَّهُ وَ مَنْ أَصْبَحَ لِأُمُوْرِ الدُّنْيَا حَزِيْنًا فَقَدْ أَصْبَحَ سَاخِطًا عَلَى اللهِ وَ مَنْ تَوَاضَعَ لِغِنًى لِغِنَاهُ فَقَدْ ذَهَبَ ثُلُثَا دِيْنِهِ


Hadirin Jamaah Jumat Yang Dirahmati Allah..

Dibulan yang mulia ini, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala dengan menjauhi segala larangan-Nya dan menjalankan perintah-Nya. Karena hanya dengan ketakwaan sajalah hidup kita akan menjadi berarti dan membawa kita pada kebahagiaan hakiki yang tidak terbatas oleh waktu. Dengan ketakwaan pula hidup kita akan diberi ketenteraman dan jalan keluar dari berbagai cobaan dan ujian hidup yang kita alami. Allah Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا

“Siapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan jadikan baginya jalan keluar (dari kesusahan dunia dan akhirat)” (QS. at Talaq: 2)

Hadirin Jamaah Jumat Yang Dirahmati Allah..

Di mimbar khotbah ini ijinkanlah kami untuk menyampaikan beberapa hal untuk sekedar menjadi pengingat yang khususnya kepada diri kami dan umumnya kepada kaum muslim sekalian. Baginda nabi pernah mensabdakan:

 مَنْ أَصْبَحَ وَهُوَ يَشْكُوْ ضِيْقَ الْمَعَاشِ فَكَأَنَّمَا يَشْكُو رَبَّهُ وَ مَنْ أَصْبَحَ لِأُمُوْرِ الدُّنْيَا حَزِيْنًا فَقَدْ أَصْبَحَ سَاخِطًا عَلَى اللهِ وَ مَنْ تَوَاضَعَ لِغِنًى لِغِنَاهُ فَقَدْ ذَهَبَ ثُلُثَا دِيْنِهِ

“Siapa yang memasuki waktu pagi sementara dia mengeluhkan sulitnya hidup, maka seolah-olah dia mengeluhkan (keputusan) tuhannya; Siapa yang pagi-pagi sudah memusingkan perkara dunia, maka sesungguhnya ia tengah tidak terima kepada Allah dan barang siapa yang menghormati orang kaya karena kekayaannya sungguh telah hilang dua pertiga agamanya.”

Hadirin Jamaah Jumat Yang Dirahmati Allah..

Sudah sepatutnya hadis di atas menjadi patokan dan rem bagi kita sekalian. Karena sering saat dalam keadaan yang kurang mengenakkan atau saat jalan rezeki kita terasa begitu sempit, lisan kita begitu lancar mengeluhkan apa yang sedang dialami. Tanpa kita sadari bahwa sesungguhnya secara tidak langsung kita sedang mengeluhkan takdir yang Allah putuskan kepada kita, dan selanjutnya adalah larang dari nabi berupa menghormati orang kaya karena kekayaannya. Mengapa demikian?

Seseorang yang menghormati orang lain karena kekayaannya sama halnya ia sedang menghormat pada harta karena otomatis ketika harta itu lenyap maka lenyap pulalah hormatnya. Padahal sungguh manusia jauh lebih mulia daripada harta. Firman Allah dalam surat al-Isra’ ayat 70:

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

Artinya: “Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rejeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan, dengan kelebihan yang sempurna.”

Selain itu, dikarenakan syariat telah memberi tolak ukur suatu kemuliaan yakni terletak pada ketakwaan seseorang, amal saleh dan juga ilmunya.

Hadirin Jamaah Jumat Yang Dirahmati Allah..

Dari pemaparan singkat tadi semoga saja kita bersama-sama dapat mengamalkan apa yang telah disabdakan baginda nabi tercinta kita sehingga kita tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang mengingkari takdir Allah atau pun golongan orang-orang yang dua pertiga agamanya lenyap.

بَارَكَ اللّه لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الّذِيْنَ  آمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ وَتَوَا صَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ فَاسْتَغْفَرُوْا رَبَّكُمْ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ

Sunday, August 26, 2018

Khutbah Jumat Pentingnya Menjaga Lisan

Muqoddimah - Assalamu'alaikum Warahmatullaahin Wabaraktaahuh, kali ini admin akan membagikan artikel khutbah jumat yang berjudul Pentingnya Menjaga Lisan.

Khutbah Jumat Pentingnya Menjaga Lisan - Muqoddimah
Khutbah Jumat Pentingnya Menjaga Lisan

ألسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ لَهُ الْحَمْدُ كُلُّهُ وَ لَهُ الْمُلْكُ كُلُّهُ وَ بِيَدِهِ الْخَيْرُ كُلُّهُ وَ إِلَيْهِ يَرْجِعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ فِيْ ذَاتِهِ وَ أَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَفْضَلُ مَخْلُوْقَاتِهِ أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى أَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ الْمُقْتَدِيْنَ بِهِ فِيْ كُلِّ حَالَاتِهِ. أما بعد:
فَيَا عِبَادَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَالزَّادِ التَّقْوَى فَقَالَ اللهُ عَزَّ مِنْ قَائِلٍ: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَ مَنْ يُطِعِ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

Kaum Muslimin Yang Dirahmati Allah…
Marilah kita perbarui dan tingkatkan takwa kita kepada Allah ta’ala, yakni dengan melakukan setiap perintah dan menjauhi segala apa yang dilarangnya. Utamanya dengan menjaga anggota tubuh kita agar tidak berbuat sesuatu yang menjadi sebab murka Allah. Mulai dari ujung rambut hingga telapak kaki kita. Sebab semuanya adalah nikmat yang harus kita syukuri dengan menggunakannya untuk beribadah dan berbuat baik. Bukan untuk berbuat maksiat dan kerusakan.Kaum Muslimin Yang Dirahmati Allah..
Pada kesempatan khutbah kali ini, saya akan menyampaikan mengenai pentingnya menjaga anggota tubuh kita dari perbuatan maksiat, utamanya mengenai anggota tubuh yang paling berbahaya dan paling mudah terperosok ke dalam jurang maksiat, yaitu mulut atau lisan. Namun demikian, lisan juga dapat mengangkat seseorang menggapai derajat yang tinggi, bila mampu menjaganya.
Rasulullah saw. bersabda:

سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْثَرَ مَا يُدْخِلُ الْجَنَّةَ قَالَ تَقْوَى اللهِ وَ حُسْنُ الْخُلُقِ قَالَ وَ مَا أَكْثَرَ مَا يَدْخُلُ الَّنارَ قَالَ الْأَجْوَفَانِ اَلْفَمُّ وَالْفَرْجُ

Artinya: “Rasulullah saw. ditanya, apakah sesuatu yang paling berpotensi mengantarkan sesorang menggapai surga? Belaiu lantas menjawab, bertakwa kepada Allah dan berbudi pekerti luhur. Rasulullah kembali ditanya, lalu apakah sesuatu yang paling berpotensi menjerumuskan seseorang ke dalam neraka? Beliau menjawab, dua lubang tubuh yakni mulut dan farji.”

Mengapa lisan begitu berbahaya bagi nasib seseorang kelak di akhirat? Karena lisan sangatlah ringan berbuat, ia bisa begitu mudah untuk digerakkan namun begitu sulit untuk dikendalikan. Maksiat yang ditimbulkan lisan nyaris bisa dilakukan tanpa harus mengeluarkan tenaga dan biaya. Berbeda dengan maksiat anggota tubuh yang lainnya yang harus menggunakan tenaga atau biaya. Oleh karenanya, bahaya lisan sangatlah besar dibanding anggota tubuh lainnya.

Kaum Muslimin yang di rahmati Allah..,

Maksiat-maksiat yang ditimbulkan oleh lisan itu memamng banyak sekali, diantaranya; Ghibah, yakni membicarakan orang lain dengan sesuatu yang membuatnya marah andaikan ia mendengarnya. Dengan terang Allah melarang seseorang berbuat ghibah bahkan Allah mengibaratkan ghibah sama halnya memakan bangkai saudaranya sendiri. Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ, وَلَا تَجَسَّسُوْا وَ لَا يَغْتَب بَّعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ تَوَّابٌ رَحِيْمٌ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi maha penyayang.” (QS. al-Hujurat: 12)

Kaum Muslimin Yang Dirhamati Allah…

Dizaman yang serba modern ini, kita harus lebih berhati-hati. Mengingat perbuatan dosa yang merajalela, bahkan kadang terjadi tanpa disadari. Contoh yang nyata adalah banyaknya ujaran-ujaran kebencian, hinaan, cacian ataupun semacamnya yang beredar di dunia maya. Bukankah begitu mudahnya hal-hal demikian keluar dari sesorang, seakan kita lupa bahwa setiap apa yang kita perbuat pasti dicacat oleh malaikat. Maka, sangat wajib kita berpegang pada apa yang disabdakan oleh nabi Muhammad yaitu:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمَ الْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau lebih baik diam.” (Muttafaqun ‘Alaih)

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لَاتُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَ لَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنَا وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اللآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Sekian Artikel tentang Khutbah Jumat, semoga bermanfaat. Terima Kasih.

Sejarah dan Hikmah Ibadah Kurban

Muqoddimah - Dahulu pada masa Jahiliyyah, orang-orang kafir Mekah memiliki banyak ritus adat istiadat yang begitu aneh. Salah satunya adalah sebuah ritual menyembelih binatang tertentu untuk dijadikan atas nama ‘kurban’. Ritual tersebut merupakan simbol atas persembahan mereka kepada berhala-berhala yang berada di sekeliling bangunan Ka’bah. Selesai menyembelih binatang yang dijadikan kurban, kemudian mereka memotong-motong daging dan melumurkan darahnya pada dinding-dinding Ka’bah dan benda apapun yang berada di sekelilingnya. Melalui ritual tersebut, orang-orang kafir Mekah menggantungkan harapan atas keselamatan dan terhindarnya dari segala bentuk bahaya dan musibah.

Sejarah dan Hikmah Ibadah Kurban - Muqoddimah
Sejarah dan Hikmah Ibadah Kurban

Setelah datangnya ajaran Islam serta disyariatkannya Udhiyyah (kurban) pada tahun kedua Hijriyyah, ritual kemusyrikan orang-orang kafir Mekah yang merupakan ritus adat-istiadat Jahiliyyah tersebut diarahkan menjadi ibadah yang sangat bermanfaat dan lebih baik. Karena pada mulanya, ritual kurban orang-orang Jahiliyyah tersebut hanya membuang-buang harta dan mengotori area Masjidil Haram, Mekah. Dengan begitu, kedatangan syariat Islam benar-benar telah merubah adat istiadat yang penuh kebatilan tersebut menjadi ibadah yang bernilai pahala, baik dari sisi ritual maupun sosial.

Kurban yang dalam kajian fikih disebut dengan istilah Udhiyyah diartikan sebagai bentuk ibadah untuk mendekatkan diri pada Allah swt. dengan menyembelih hewan tertentu pada yaumun nahr (tanggal 10 Dzulhijjah) dan ayyamit tasyriq (tanggal 11,12,dan 13 Dzulhijjah). Dalil legalitas ibadah kurban adalah salah satu firman Allah swt. dalam al-Qur’an صل لربك وانحرAllah :  yyamit tasyriqi pada Allah SWT dengan menyembelih hewan tertentu di hari raya idul adha dan hari tasyriq:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka sholatlah kamu (sholat idul adha) dan sembelihlah (kurban).” (QS: Al-Kautsar 02)

Dan sabda Nabi Muhammad saw.:

اُمِرْتُ بِالنَّحْرِوَهُوَ سُنَّةٌ لَكُمْ
“Aku diperintahkan untuk menyembelih Kurban, dan hal itu sunnah bagi kalian”.[1]

Di balik syariat berkurban, tersirat berbagai hikmah dan faedah yang terkandung di dalamnya. Setidaknya, ada beberapa dimensi atau tinjauan penting dalam ibadah yang menjadi syi’ar besar agama Islam ini. Diantaranya ialah:

Aspek Sosio-Historis

Ibadah Kurban disyariatkan untuk mengingatkan kembali (flash back) kepada umat Islam akan peristiwa agung nabi Ibrahim as. Lewat sebuah mimpi, nabi Ibrahim as. mendapat perintah dari Allah swt. untuk menyembelih putranya, yaitu nabi Ismail as. sebagai tebusan dari nadzar yang pernah beliau ucapkan.[2]

Dalam peristiwa agung tersebut, terdapat hikmah dan uswah (suri tauladan) bagaimana bentuk kepatuhan dan kesetiaan seorang hamba terhadap Tuhannya. Karena kalau bukan didasari atas keimanan dan kesetiaan, sulit rasanya membayangkan nabi Ibrahim as. rela memenuhi perintah untuk menyembelih putra yang telah lama diidam-idamkannya. Tugas pengabdian seperti itulah yang diharapkan dapat dimiliki umat islam di tengah kehidupan yang serba individualitas dan materialistis di era globalisasi seperti saat ini.

Selain itu, dalam peristiwa itu terdapat sebuah penerapan demokrasi dalam pengambilan keputusan telah ditunjukkan oleh nabi Ibrahim as.  Sebelum menjalankan perintah Allah Swt, beliau terlebih dahulu mengajak dialog dan memberikan kesempatan pada nabi Ismail as. untuk memikirkannya secara matang atas perintah tersebut. Meskipun sebenarnya nabi Ibrahim as. mempunyai otoritas mutlak dalam mengambil keputusan, namun beliau memilih melakukan pendekatan dialogis dan persuasif agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

Aspek Spiritual

Dengan melaksanakan ibadah Kurban, berarti seorang muslim telah melaksanakan perintah anjuran yang telah tercantum di dalam al-Qur’an dan hadis. Karena sejatinya, setiap umat islam yang melaksanakan ibadah kurban tidak memiliki tujuan apapun kecuali menjadikan ibadah tersebut sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. serta mengharapkan rida dan ampunan-Nya. Selain itu, ibadah kurban memiliki hikmah spiritual dalam pembiasaan diri untuk bersikap ikhlas dalam melaksanakan amal ibadah kepada Allah Swt.[3]

Dengan demikian tidak heran betapa besar pahala dan balasan yang telah Allah swt. janjikan bagi mereka yang melaksanakan ibadah kurban tersebut. Salah satunya sebagaimana yang telah dijelaskan Rasulullah saw dalam hadisnya:

مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ، إِنَّهُ لَيَأْتِي يَوْمَ القِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلاَفِهَا، وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنَ الأَرْضِ
“Tiada amal ibadah manusia pada hari Nahr (hari menyembelih kurban) yang lebih disenangi oleh Allah swt kecuali mengalirkan darah (menyembelih binatang Kurban). Sesungguhnya hewan kurban datang pada hari kiamat dengan tanduknya, bulunya, dan kuku kakinya. Dan sesungguhnya darah binatang kurban akan jatuh (ke dalam tempat diterimanya amal) oleh Allah sebelum darah tersebut jatuh ke bumi.” (HR. At-Turmudzi)

Aspek Sosial

Ibadah Kurban tergolong ibadah Ghoiru Mahdhoh. Dengan artian bahwa ibadah tersebut tidak hanya menitikberatkan pada hubungan seorang hamba kepada Tuhannya, melainkan juga mempertimbangkan hubungan antara hamba tersebut dengan masyarakat di sekitarnya. Selain memberi manfaat sebagai sarana mendekatkan diri pada Allah swt., ibadah kurban juga memberi manfaat pada sesama umat Islam terutama terhadap golongan fakir miskin dan kaum yang lemah (dhuafa’).[4]

Melihat hal tersebut, tidak terasa aneh bahwa dalam kajian fikih mengenai pendistribusian daging kurban dirumuskan dalam beberapa pemilahan. Pemilahan tersebut mencakup pendistribusian bagi orang-orang yang termasuk kategori kaya hanya sebatas ith’am (konsumsi). Namun untuk golongan fakir miskin lebih leluasa baik dalam hal menjual atau mengkonsumsi ataupun yang lainnya, karna pemberian pada kelompok ini berstatus tamlik (pemberian hak milik).[5]

Akhir kata, ibadah kurban sebagai salah satu syiar agama Islam merupakan ibadah yang mengajarkan umat untuk senantiasa mendekatkan diri pada Allah swt seraya mengikuti jejak historis nabi Ibrahim as. dan nabi Ismail as. yang menjadi lambang ketaatan dan kesetiaan seorang hamba pada perintah Tuhannya serta ibadah yang mampu menarik kekuatan hubungan sosial dengan umat islam yang lain. Dengan mengetahui beberapa aspek tersebut, diharapkan umat islam semakin tekun dan bersemangat dalam menjalankan perintah anjuran berkurban dan mampu menerapkan dan mengamalkan substansi dan tujuannya dalam kehidupan sehari-hari. [] Wallahu A’lam.

[1] Al-Masalik, juz 5 hal 146.
[2] Dzurrotun Nashihin, hal 136.
[3] Hasyiyah Al-Qulyubi, juz 4 hal 251, cet. Al-Haromain.
[4] Mukhtashor Tafsir Ayatil Ahkam, hal 187, cet. MHM Lirboyo.
[5] Fathul Wahhab, juz 2 hal 189, cet. Al-Hidayah.

Ringkasan Fikih Tentang Qurban

Muqoddimah - Dalam kajian fikih, ibadah kurban sering disebut dengan istilah Udhiyyah. Udhiyyah sendiri diartikan sebagai ibadah menyembelih binatang ternak tertentu di hari raya Idul Adha (10 dzulhijjah) sampai hari Tasyriq (11, 12, 13 dzulhijjah) dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah swt.

Ringkasan Fikih Tentang Qurban - Muqoddimah
Ringkasan Fikih Tentang Qurban

Dalil Kurban


Legalitas ibadah kurban bertendensi pada firman Allah swt. dalam al-Qur’an:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu; dan sembelihlah (kurban).” (QS. Al-Kautsar: 2)

وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ
“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi’ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya.” (QS. Al-Hajj: 36)

Dalam salah satu hadis disebutkan:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ضَحَّى بِكَبْشَيْنِ أَقْرَنَيْنِ أَمْلَحَيْنِ يَذْبَحُ وَيُكَبِّرُ وَيُسَمِّي وَيَضَعُ رِجْلَهُ عَلَى صَفْحَتِهِمَا
“Sesungguhnya nabi Muhammad saw. pernah menyembelih kurban dua kambing gibas putih yang bertanduk. Beliau menyembelih dengan tangan beliau sendiri, membaca basmalah dan takbir. Beliau meletakkan kaki beliau pada pipi kedua hewan tersebut.”

Hukum Kurban


Hukum menunaikan kurban adalah sunah muakkadah (sangat dianjurkan) untuk setiap orang dan sunah kifayah (kolektif) untuk satu keluarga. Artinya, apabila salah satu dari anggota keluarga telah menunaikannya, maka anjuran tersebut gugur bagi anggota keluarga yang lain. Namun dalam beberapa keadaan kurban akan menjadi wajib. Salah satunya ialah apabila memang kurban tersebut dinadzari.

Binatang Kurban


Adapun binatang yang dapat dijadikan kurban ialah unta, sapi, dan kambing. Sesuai firman Allah swt. dalam al-Qur’an:

لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَام   
“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak (kambing, sapi, dan unta).” (QS. Al-Hajj: 28)

Agar dapat dijadikan kurban, ketiga binatang tersebut harus memenuhi beberapa kriteria berikut:

Pertama, umur yang cukup. Yaitu apabila unta harus sempurna usia lima tahun dan mulai memasuki tahun keenam, sapi dan kambing harus sempurna usia dua tahun dan mulai memasuki tahun ketiga. Adapun untuk kambing jenis domba dicukupkan usia satu tahun dan mulai memasuki tahun kedua.

Kedua, kondisi binatang dalam keadaan sehat. Artinya tidak ada cacat pada binatang kurban yang dapat mengurangi daging, seperti kurus kering, buta, telinga terpotong dan lain-lain.

Selain kriteria yang harus dipenuhi di atas, setiap jenis binatang kurban memiliki standar masing-masing. Jenis unta dan sapi dapat dijadikan kurban untuk tujuh orang. Sementara jenis kambing mencukupi untuk dijadikan kurban satu orang.

Waktu Penyembelihan Kurban


Penyembelihan hewan kurban dapat dilakukan setelah terbitnya matahari ditambah perkiraan waktu melaksanakan salat dan dua khutbah hari raya Idul Adha (10 dzulhijjah). Dan waktu penyembelihan berlanjut hingga tiga hari sebelum terbenamnya matahari di akhir hari Tasyriq (13 dzulhijjah).

Ketika menyembelih hewan kurban ada beberapa kesunahan yang anjur untuk dilaksanakan, yaitu:

Pertama, membaca basamalah. Kedua, membaca shalawat. Ketiga, menghadap kiblat. Keempat, membaca takbir tiga kali sebelum membaca basamalah atau setelahnya.  Kelima, membaca doa berikut:

اللهم هَذِهِ مِنْكَ وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلْ, نِعْمَةً مِنْكَ عَلَيَّ وَتَقَرَّبْتُ بِهَا إِلَيْكَ فَتَقَبَّلْهَا مِنِّيْ
“Ya Allah, kurban ini dari-Mu dan untuk-Mu, maka terimalah. (Kurban ini) adalah nikmat-Mu untukku, dan dengannya aku mendekatkan diri pada-Mu, maka terimalah ini dariku.”

Pendistribusian Daging Kurban


Dalam pendistribusian daging kurban terdapat beberapa pemilahan. Pemilahan tersebut mencakup pendistribusian untuk orang-orang kaya hanya terbatas  untuk konsumsi semata (ith’am). Namun untuk golongan fakir miskin, mereka lebih leluasa, baik dalam hal menjual atau mengkonsumsi ataupun yang lainnya. Karna pemberian pada kelompok ini berstatus pemberian hak milik(tamlik).

Terlepas dari perincian tersebut, apabila kurbannya berstatus kurban sunah, bagi orang yang berkurban disunahkan mengambil sedikit bagian daging kurbannya (tidak melebihi sepertiga dari keseluruhan daging). Hal ini bertujuan mencari keberkahan. Akan tetapi berbeda halnya apabila kurbannya berstatus kurban wajib, maka seluruh dagingnya harus disedekahkan. waAllahu a’lam